Jumat, 08 April 2011
Wanita Perlu Pahami Kesehatan Reproduksi
Selasa, 05 April 2011
Dirilis, Pil KB Non-Hormonal!
Para ilmuwan dari University of California, San Francisco membuat penemuan yang dalam waktu dekat akan memungkinkan perempuan mendapat alat kontrasepsi non-hormonal. Mereka menemukan zat biologis aktif, yang menarik spermatozoa untuk bakal biji selama pembuahan.
"Jika tindakan tersebut dihalangi, tidak akan perlu menekan proses ovulasi dengan bantuan hormon, karena dapat mengontrol kelahiran sebagaimana pil modern bekerja," kata penulis tentang penelitiannya yang dilansir Genius Beauty, Selasa (5/4/2011).
Bukan rahasia bahwa pil KB memiliki sejumlah efek samping yang tidak menyenangkan. Para penulis menuturkan harapan penemuannya untuk menemukan cara non-hormonal untuk membuat bakal biji tidak menarik, namun, sebaliknya, mengasingkan spermatozoa.
(nsa)
Senin, 04 April 2011
Penyakit kelamin mematikan
GONORRHEA & CHLAMYDIA
- Disebabkan oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa minggu setelah hubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini
- Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan pria. Buang air kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat atau tidak terasa sama sekali.
- Gejala-gejala gonorrhea pada wanita biasanya sangat ringan atau tidak terasa sama sekali, tetapi kalau tidak diobati penyakit ini dapat menjadi parah dan menyebabkan kemandulan
- Penyakit ini dapat disembuhkan dengan antibiotik bila ditangani secara dini
Gonorhea adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
Pada pria, gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra dan beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih serta keluarnya nanah dari penis. Sedangkan pada wanita, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit tersebut hanya setelah pasangan hubungan seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina, dan demam. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus (anal sex) dapat menderita gonore pada rektumnya. Penderita akan merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, serta tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.
Hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore biasanya akan menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Umumnya infeksi tersebut tidak menimbulkan gejala, namun terkadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan untuk menelan.
Diagnosis penyakit gonore didasarkan pada hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium.
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama satu minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah atau infus).
- Disebabkan oleh virus, dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan
- Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
- Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan berair.
- Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang
- Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang sering
- Wanita kerap kali tidak sadar bahwa ia menderita herpes akrena lecet terjadi di dalam vagina
* Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
* Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan berair. Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang
* Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi pada bila-bila masa
* Wanita kerap kali tidak sedar bahawa ia dijangkiti herpes karena lecet terjadi di dalam v4g1na
- Disebabkan oleh jamur
- Menyebabkan kegatalan berwarna merah di bawah kulit pria yang tidak disunat
- Pada wanita akan ke luar cairan putih kental yang menyebabkan rasa gatal
- Dapat disembuhkan dengan krim anti jamur
- Disebabkan oleh bakteria. Lesi muncul antara 3 minggu sampai 3 bulan setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
- Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit
- Luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagiantubuh lain
- Syphilis dapat disembuhkan pada tiap tahapan dengan penicillin
- Pada wanita lesi dapat tersembunyi pada vagina
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum.
Penularan biasanya melalui kontak seksual; tetapi, ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus).
Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut “Peniru Besar” karena sering dikira penyakit lainnya.
Di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiran lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.
Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal. Orang yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks-nya mungkin terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui dokter secepat mungkin.
Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Menurut statistik, perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine diikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah di setiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit. Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki durasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa jenis sifilis kebal terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadi pada tahun 2004. Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharuskan memakan pil beberapa kali per hari.
Perawat kesehatan profesional mengusulkan seks aman dilakukan dengan menggunakan kondom bila melakukan aktivitas seks, tapi tidak dapat menjamin sebagai penjaga yang pasti. Usul terbaik adalah pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif.
- Infeksi pada vagina yang biasanya menyebabkan keluarnya cairan dari vagina yang berbau dan menimbulkan ketidak nyamanan
- Disebabkan oleh berbagai jenis bakteri (bakteri gonorrhea, chlamydia) atau jamur
- Juga dapat disebabkan oleh berbagai bakteri tidak berbahaya yang memang menetap pada vagina
- Dapat diselidiki dengan meneliti cairan vagina tersebut dengan mikroskop
- Pada umumnya dapat disembuhkan dengan obat yang tepat sesuai dengan penyebabnya.
- Disebabkan oleh virus (Virus Human Papilloma atau HPV)
- Muncul berupa satu atau banyak bisul atau benjolan antara sebulan sampai setahun setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit tersebut
- Pada umumnya tidak dapat terlihat pada wanita karena terletak di dalam vagina, atau pada pria karena terlalu kecil. Dapat diuji dengan lapisan cuka
- Dapat berakibat serius pada wanita karena dapat menyebabkan kanker cervix
- Bisul pada kelamin ini dapat disembuhkan, wanita harus menjalankan pap smear setiap kali berganti pasangan intim
- Sangat kecil (lebih kecil atau sama dengan 1/8 inch), berwana kelabu kecoklatan, menetap pada rambut kemaluan.
- Dapat disembuhkan dengan obat cair yang digosokkan pada rambut kelamin
- Mirip dengan kutu kelamin, tetapi ukurannya lebih kecil dan menetap di bawah kulit
- Menyebabkan luka-luka kecil dan gatal di seluruh tubuh
- Diobati dengan obat cair yang diusapkan ke seluruh tubuh
- Pakaian, seprei dan handuk harus dicuci setelah pengobatan, karena kutu dapat menetap pada kain-kain terebut
Kutil Anogenital / Human Papillomavirus (HPV)
HIV/AIDS
- Penyakit akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak bekerjanya sistim kekebalan tubuh
- Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah
- Dapat menyebabkan kematian setelah sepukuh tahun setelah terinfeksi virus HIV, tetapi pengobatan telah ditemukan
- Disebarkan melalui hubungan intim dan pemakaian jarum suntik secara bersamaan.
AIDS adalah akronim dalam bahasa Inggris dari Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan kumpulan berbagai gejala dan infeksi sebagai akibat dari hilangnya sistem kekebalan tubuh karena infeksi dari Human Immunodeficiency Virus (HIV). Walaupun sudah ada penanganan untuk AIDS dan HIV, obatnya belum diketahui. Berbagai faktor yang mempengaruhi adalah kesehatan, fungsi kekebalan, layanan kesehatan, dan infeksi lain.
AIDS diperkirakan muncul di Afrika Sub-Sahara pada abad ke-20 dan sekarang menjadi wabah global. WHO memperkirakan 2,8 – 3,5 juta jiwa melayang karena AIDS pada tahun 2004 [1].
Di negara-negara yang memiliki akses ke penanganan obat antiretroviral, tingkat kematian dan kejadian menurun. Namun, obat tersebut juga memiliki efek samping seperti lipodystrophy, dyslipidaemia, dan penolakan insulin.
Hari AIDS Sedunia diperingati setiap 1 Desember untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV.
Sejak awal wabah, tiga jalur penularan HIV sudah diketahui:
* Jalur seksual, yang menjadi penyebab utama infeksi HIV.
* Jalur darah atau produk darah, yang terutama mengancam pemakai narkoba, orang dengan hemophilia, dan penerima transfusi darah.
* Jalur ibu-anak, dengan penularan pada minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat kelahiran. Awalnya, tingkat penularan jalur ini adalah 20%. Setelah ada penanganan, menurun hingga tinggal 1%
HIV juga ditemukan di air liur, air mata, air keringat, air tajin, dan sperma orang yang terinfeksi dengan konsentrasi virus yang sangat kecil.
Penyakit kelamin lebih sering tersebar dikalangan remaja. Ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti :-
- Kurang pengetahuan mengenai penyakit kelamin. Tidak tahu cara ia menyebar.
- Salah faham terhadap penyakit kelamin. Contoh :- penyakit kelamin tidak menular dikalangan orang muda. (Ini adalah salah. Kebanyakan penyakit kelamin merebak dikalangan remaja dan awal dewasa.)
- Tekanan pasangan untuk tidak menggunakan kondom.
- Kesulitan mendapatkan bekal kondom. Ketiadaan kondom tidak mampu menghalangi terjadinya hubungan seks, malah menambah risiko penyebaran penyakit kelamin dan resiko kehamilan.
- Fikiran cetek – “Ia tidak mungkin terjadi pada saya. / Saya hanya melakukannya dengan pasangan yang rapat“
- Tidak tahu kesan buruk jangka panjang. “Saya kenal orang yang mengidap penyakit kelamin tetapi masih dapat hidup seperti biasa….“
- Menolak dari melakukan hubungan intim (bagi yang belum menikah)
- Menjalankan hubungan yang sehat antara pasangan yang telah menikah.
- Menjauhi daripada melakukan hubungan rambang.
- Mengamalkan cara yang selamat ketika melakukan hubungan kelamin seperti menggunakan kondom dengan betul.
Jumat, 01 April 2011
8 Mitos Seputar Edukasi Seks
Setiap anak muda memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan seks secara akurat dan seimbang, termasuk informasi tentang alat kontrasepsi, misalnya kondom.
Lengkapi dengan penjelasan mengenai pelayanan kesehatan yang profesional, seks yang aman, dan sebagainya. Jangan sampai hak itu terabaikan, gara-gara kita lebih percaya mitos.
Inilah beberapa mitos tentang pendidikan seks yang masih merongrong sebagian besar masyarakat. Mitos ini sebaiknya perlu diluruskan sehingga generasi muda mendapatkan informasi yang tepat dan benar tentang kesehatan reproduksi dan seksual.
1. Mitos: Pendidikan seks hanya perlu diberikan kepada orang yang mau menikah. Fakta: Menurut sebuah penelitian, sikap seperti itu tidak bakal menunda aktivitas seksual di kalangan remaja. Justru pemahaman yang sangat sedikit dan keliru tentang seksualitas memudahkan banyak remaja terjerumus ke dalam perilaku seks tidak sehat.
2. Mitos: Pendidikan seks mendorong para pelajar menjadi aktif secara seksual. Fakta: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengevaluasi 47 program di Amerika Serikat dan beberapa negara lain. Dalam 15 studi, pendidikan seks dan HIV/AIDS menambah aktivitas seksual dan tingkat kehamilan serta infeksi menular seksual. Namun, 17 studi lain menunjukkan, pendidikan seks dan HIV/AIDS menunda aktivitas seksual, mengurangi jumlah pasangan seksual, juga mengurangi tingkat kejadian infeksi menular seksual dan kehamilan yang tak direncanakan.
3. Mitos: Mengajarkan alat kontrasepsi akan mendorong para pelajar aktif secara seksual dan meningkatkan angka kehamilan pada remaja. Fakta: Para ahli yang telah mempelajari isu ini menyimpulkan, pendidikan tentang seks dan HIV/AIDS yang komprehensif, termasuk program ketersediaan kondom, tidak menambah aktivitas seksual, tetapi justru efektif dalam mengurangi perilaku seksual berisiko tinggi di antara para remaja.
4. Mitos: Kerap terjadi kegagalan alat kontrasepsi sehingga kita lebih baik mengajari para remaja untuk bersikap menghindarinya. Fakta: Kontrasepsi modern sangatlah efektif, asalkan memilih jenis yang benar-benar cocok dan digunakan secara benar. Rata-rata kehamilan pada perempuan yang menggunakan suatu jenis pil sekitar 0,03 persen, sementara yang memakai kondom untuk perempuan sekitar 21 persen, dan yang tanpa KB sekitar 85 persen. Bandingkanlah.
5. Mitos: Alat kontrasepsi tidak menangkal HIV dan infeksi menular seksual lainnya. Fakta: Memang hanya kondom yang memberikan perlindungan yang signifikan terhadap penularan infeksi seksual, termasuk HIV. Itu sebabnya para remaja sebaiknya mendapat pendidikan yang benar mengenai kondom.
6. Mitos: Kondom memiliki angka rata-rata kegagalan yang tinggi. Fakta: The National Institutes of Health (TNIH) menjelaskan, kondom sangat efektif untuk menangkal penularan HIV dan mencegah kehamilan. TNIH juga melaporkan, studi laboratorium memperlihatkan bahwa kondom mampu mencegah penyakit akibat infeksi menular seksual yang lain, seperti gonore, klamidia, dan trichomoniasis.
7. Mitos: Kondom tidak dapat melindungi kita dari HPV (Human papillomavirus). Fakta: Kondom memang tidak dapat menangkal infeksi virus pada bagian tubuh yang tidak tertutup kondom. Namun, TNIH melaporkan, penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penyakit yang terkait dengan HPV, misalnya kanker serviks. Penyakit jenis ini dapat dicegah dengan penggunaan kondom secara konsisten dan efektif, serta deteksi dini HPV melalui pemeriksaan pap smear.
8 Mitos: Kondom tidak efektif untuk mencegah penularan HIV. Fakta: TNIH mengonfirmasikan bahwa kondom merupakan alat kesehatan masyarakat yang efektif untuk melawan infeksi HIV. Studi lain di Eropa terhadap yang disebut pasangan HIV-serodiscordant (pasangan di mana salah satunya sudah terinfeksi HIV dan yang satu sehat) menunjukkan tidak terjadi penularan pada pasangan yang sehat, di antara 124 pasangan yang menggunakan kondom setiap kali mereka berhubungan seks. Pada pasangan yang tidak secara konsisten menggunakan kondom, sekitar 12 persen terjadi penularan pada pasangan yang sebelumnya tidak terinfeksi